Kamis, 28 Mei 2009

DOKTER IKAN


I. Pendahuluan

Dokter hewan yang merupakan dokternya semua hewan, termasuk Ikan. Meskipun ikan dalam UU perikanan tidak tergolong dalam domain hewan, tetapi anak SD saja sudah pasti tahu kalo ikan adalah bagian dari hewan. Mudah-mudahan egois sektoral dapat segera terselesaikan karena pada prinsipnya adalah sama-sama memajukan perikanan Indonesia. Toh, seorang sarjana perikanan harus bekerjasama dengan bidang lain dalam membangun perikanan nasional yang maju dan mandiri.

Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Di Indonesia teah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya ikan

Adanya penyakit ikan erat hubungannya dengan lingkungan dimana ikan itu berada. Untuk itu dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ikan, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan juga perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan itu sendiri.

Dengan adanya informasi ini diharapkan para pembudidaya ikan dapat mengetahui secara dini gejala awal serangan penyakit, serta dapat melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap timbulnya penyakit ikan secara mudah.

II. Gejala umum gangguan penyakit ikan

1.Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megap-megap).
2.Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, meka ikan yang tidak sehat akan memisahkan diri dan berenang secara pasif.
3.Ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur.
4.Adanya tanda-tanda tertentu pada tubuh ikan, misalnya bercak merah, bercak putih, bisul atau adanya jamur.
5.Insang terlihat pucat.
6.Lendir berkurang dan tidak merata.

III. Pencegahan Penyakit Ikan

1. Perbaikan lingkungan kolam.
* Pengeringan dan penjemuran kolam dilakukan secara periodik 4 – 5 bulan sekali atau setelah ikan dipanen.
* Pengapuran kolam dengan dosis 10 – 20 gram kapur tohor per m2
* Pemberantasan hama dengan larutan PK 20 ppm untuk kolam yang tidak ada ikannya selama 1 hari.
* Pembuatan bak saringan pengendapan air.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
3. Perawatan Kesehatan ikan

IV. Beberapa Jenis Penyakit Ikan

1. Penyakit Jamur.

Penyebab
* Jamur Saprolegnia
* Jamur Achlya

Tanda-tanda :
* Tubuh ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas
* Serangan pada telur dapat menghambat pernapasan sehingga menyebabkan telur mati/ tidak menetas.

Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan Malachite Green 2-3 ppm selama 30 – 60 menit.
* Bagian yang terserang diolesi dengan PK (Kalium Permanganat) 10 ppm.
* Untuk pencegahan pada telur, kakaban, eceng gondok, ijuk direndam dalam larutan Malachite Green 2 ppm selama 30 – 60 menit.
* Dapat diulangi 2-3 kali dengan selang 3 hari

2. Penyakit Golongan Cacing.
Penyebab :
* Cacing Dactylogyrus menyerang insang
* Cacing Gyrodactylus menyerang kulit.

Tanda – tanda :
* Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan.
* Sirip ikan menguncup, bahkan kadang terjadi kerontokan pada sirip ekor.
* Ikan menggosok-gosokkan badannya ke dasar kolam atau benda keras lainnya.
* Kulit menjadi berlendir dan berwarna pucat.

Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan formalin teknis (Formalin 40 %) 250 ml dalam 1 m3 air selama 15 menit.
* Direndam dalam larutan Methylen Blue 3 ppm selama 24 jam.
* Direndam dalam larutan Malachite Green 2-3 ppm selama 30 – 60 menit.

3. Penyakit Golongan bakteri.
Penyebab :
* Bakteri Aeromonas
* Bakteri Pseudomonas

Tanda – tanda :
* Ikan lemah bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air.
* Warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap.
* Terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada sirip, insang dan kulit.
* Mula-mula lendir berlebihan, kemudian timbul perdarahan.

Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan PK 20 ppm selama 30 menit.
* Untuk ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan dengan dosis 0,5 cc Terramycine untuk 1 Kg berat ikan. Tempat penyuntikan umumnya di bagian punggung.
* Pengobatan dapat melalui makanan 1 gram atau 1 cc Terramycine dicampur dalam makanan untuk 1 kg berat ikan selama 6 – 10 hari.
* Direndam dalam larutan obat tetracyline dan kemicytine atau Chloramphenicol 250 gram dalam 500 liter air selama 2 jam. Pengobatan ini dapat diulangi tiap hari sekalai selama 3 sampai 5 hari.

Sabtu, 16 Mei 2009

Penanganan Mastitis

Mastitis adalah penyakit radang ambing yang merupakan radang infeksi. Biasanya penyakit ini berlangsung secara akut, sub akut maupun kronis. Mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya sendiri (Subronto, 2003). Di Indonesia, kasus mastitis masih banyak terjadi, terutama pada peternakan kecil yang kurang memperhatikan kondisi kandang maupun tingkat kebersihannya. Lantas bagaimana pengendalian ataupun pengobatan yang efektif untuk penyakit ini? Mastitis memang termasuk dalam penyakit yang sering terjadi pada sapi perah. Namun bukan berarti penyakit ini bisa disepelekan, karena akibat yang ditimbulkan bisa menjadi sangat fatal. Di Amerika, pada tahun 1980an, kerugian yang dialami karena mastitis mencapai $ 163 tiap ekor dalam setahunnya. Hal-hal yang meyebabkan kerugian begitu besar ini diantaranya karena produksi susu yang menurun, ongkos perawatan dan pengobatan, banyaknya air susu yang dibuang karena diafkir, serta kenaikan biaya penggantian sapi untuk kelangsungan produksi.
Menurut faktor penyebabnya, mastitis dapat disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae, Str.dysgalactiae, Str.uberis, Str. zooepidemicus, dan Staphylococcus aureus, serta berbagai spesies lain yang juga bisa menyebabkan terjadinya mastitis walaupun dalam persentase kecil. Dilihat dari faktor penyebabnya yaitu bakteri, memang penggunaan antibiotik sangatlah tepat untuk pengobatan penyakit ini, terutama penicillin (Benzyl penicillin G, procain penicillin-G, ampicilin), cephalosporin, erythromycin, neomycin, novobiosin, oksitetrasiklin, dan streptomycin.
Dewasa ini, seiring dengan banyaknya penelitian-penelitian yang telah dilakukan beberapa sejawat dokter hewan maupun mahasiswa di kalangan medis veteriner, semakin banyak pula penemuan-penemuan baru yang menarik untuk dicoba dan dibuktikan kebenarannya. Penemuan terbaru yang dilakukan beberapa mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, menyebutkan bahwa penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) dapat menghambat pertumbuhan bakteri. VCO ini, yang diujikan pada mencit, terbukti dapat menghasilkan pembentukan asam laurat yang tinggi dalam tubuh yang dapat membunuh bakteri. Dalam pengujiannya, penggunaan VCO ini bisa mematikan bakteri patogen dalam mencit dalam waktu satu hari, sedangkan pada pemberian antibiotik, bakteri mati dalam 4 hari.
Mengenai biaya yang dipakai, penggunaan VCO ini dikabarkan tidak memakan biaya yang begitu besar. Dengan Rp. 15.000,- bisa didapatkan VCO sebanyak 1,5 liter. Cukup murah bukan? Bagaimana bila dibandingkan biaya pemakaian antibiotik untuk penggunaan mastitis, apakah keberadaan antibiotik sudah bisa digantikan dengan VCO untuk penanganan mastitis?
Di sisi lain berikut pertanyaan yang akan muncul di benak kita, bakteri seperti apa yang bisa mati oleh VCO? Apakah bakteri penyebab mastitis juga bisa dimatikan dengan VCO? Mungkin ada yang punya pengalaman lebih? Mari berbagi pengalaman di sini, silakan tinggalkan komentar atau bergabung dalam forum diskusi untuk mendiskusikan kasus ini.

pENYAKIT tERPENTING aNJING

RABIES

Rabies atau penyakit anjing gila merupakan penyakit yang paling ganas pada hewan karena dapat membunuh hewan yang terkena penyakit ini dan dapat pula menular pada manusia.

Tiga golongan mengenai penyakit ini:

1.Stadium Melancholium yang mengakibatkan anjing terlihat gelisah, kehilangan selera minum danmakan.

2.Stadium Exitatie yang dalam beberapa hari saja dapat membuat anjing menggigit apa saja , lalu kabur sampai beberapa jauh kilometer.

3. Stadium Paraltycum yang dalam waktu seminggu dapat membuat anjing menjadi lumpuh dan mati.

Anjing biasanya harus mendapat vaksinasi Rabies pada umur 5 bulan.

Leptospirosis

Penyakit infeksi ini tidak bisa dianggap ringan . Pembawa penyakit ini biasanya merupakan kuman yang terdapat di air kencing tikus. Leptospirosis sangat berbahaya sehingga memerlukan perhatian anda terhadap penyakit infeksi ini .

Gejala-gejala dari penderita penyakit ini antara lain adalah demam, lamban atau tidak bersemangat , sakit pada otot-otot serta diare.

Anjing yang terkena penyakit ini sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan untuk penanganan lebih lanjut.

Untuk mencegah penyakit ini sebaiknya anda memberi vaksinasi leptospirosis sebelum anjing berumur 3 bulan.

Canine Distemper

Radius penyebarannya dapat mencakup seluruh dunia, cara penularan penyakit ini melalui sentuhan, dan udara. Biasanya menyerang anjing pada usia muda dan anjing dewasa yang daya tahan tubuhnya tidak baik. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tertinggi , yakni 80% penderita .

Gejala-gejalanya : demam, gelisah, tidak nafsu makan, mencret, keluar cairan ingus, batuk dan radang paru-paru. Kadang ditemukan bintik-bintik merah pada kulit.. Tanda-tanda pada syaraf meliputi kejang otot, kejang gagau, dan kelumpuhan .

Anjing harus sudah mendapatkan vaksinasi Distemper sebelum berusia 3 bulan.

Parvo virus

Penyebaran penyakit ini sama dengan penyakit Canine Distemper. Hanya 10 % dari penderita penyakit ini yang bisa bertahan hidup. Gejalanya anjing mengalami diare dan muntah karena virus ini menyerang pada bagian pencernaan. Penyakit ini hampir sama dengan penyakit muntaber pada manusia. Anjing akan kehilangan banyak cairan , muntah darah dan berak darah.

Anjing harus mendapatkan vaksinasi Parvo sebelum berumur 3 bulan.