Sabtu, 16 Mei 2009

Penanganan Mastitis

Mastitis adalah penyakit radang ambing yang merupakan radang infeksi. Biasanya penyakit ini berlangsung secara akut, sub akut maupun kronis. Mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya sendiri (Subronto, 2003). Di Indonesia, kasus mastitis masih banyak terjadi, terutama pada peternakan kecil yang kurang memperhatikan kondisi kandang maupun tingkat kebersihannya. Lantas bagaimana pengendalian ataupun pengobatan yang efektif untuk penyakit ini? Mastitis memang termasuk dalam penyakit yang sering terjadi pada sapi perah. Namun bukan berarti penyakit ini bisa disepelekan, karena akibat yang ditimbulkan bisa menjadi sangat fatal. Di Amerika, pada tahun 1980an, kerugian yang dialami karena mastitis mencapai $ 163 tiap ekor dalam setahunnya. Hal-hal yang meyebabkan kerugian begitu besar ini diantaranya karena produksi susu yang menurun, ongkos perawatan dan pengobatan, banyaknya air susu yang dibuang karena diafkir, serta kenaikan biaya penggantian sapi untuk kelangsungan produksi.
Menurut faktor penyebabnya, mastitis dapat disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae, Str.dysgalactiae, Str.uberis, Str. zooepidemicus, dan Staphylococcus aureus, serta berbagai spesies lain yang juga bisa menyebabkan terjadinya mastitis walaupun dalam persentase kecil. Dilihat dari faktor penyebabnya yaitu bakteri, memang penggunaan antibiotik sangatlah tepat untuk pengobatan penyakit ini, terutama penicillin (Benzyl penicillin G, procain penicillin-G, ampicilin), cephalosporin, erythromycin, neomycin, novobiosin, oksitetrasiklin, dan streptomycin.
Dewasa ini, seiring dengan banyaknya penelitian-penelitian yang telah dilakukan beberapa sejawat dokter hewan maupun mahasiswa di kalangan medis veteriner, semakin banyak pula penemuan-penemuan baru yang menarik untuk dicoba dan dibuktikan kebenarannya. Penemuan terbaru yang dilakukan beberapa mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, menyebutkan bahwa penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) dapat menghambat pertumbuhan bakteri. VCO ini, yang diujikan pada mencit, terbukti dapat menghasilkan pembentukan asam laurat yang tinggi dalam tubuh yang dapat membunuh bakteri. Dalam pengujiannya, penggunaan VCO ini bisa mematikan bakteri patogen dalam mencit dalam waktu satu hari, sedangkan pada pemberian antibiotik, bakteri mati dalam 4 hari.
Mengenai biaya yang dipakai, penggunaan VCO ini dikabarkan tidak memakan biaya yang begitu besar. Dengan Rp. 15.000,- bisa didapatkan VCO sebanyak 1,5 liter. Cukup murah bukan? Bagaimana bila dibandingkan biaya pemakaian antibiotik untuk penggunaan mastitis, apakah keberadaan antibiotik sudah bisa digantikan dengan VCO untuk penanganan mastitis?
Di sisi lain berikut pertanyaan yang akan muncul di benak kita, bakteri seperti apa yang bisa mati oleh VCO? Apakah bakteri penyebab mastitis juga bisa dimatikan dengan VCO? Mungkin ada yang punya pengalaman lebih? Mari berbagi pengalaman di sini, silakan tinggalkan komentar atau bergabung dalam forum diskusi untuk mendiskusikan kasus ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar