Kamis, 24 Maret 2011

PENYAKIT ULAR PHYTON


Bagi pecinta ular phyton, mengenali beberapa penyakit yang umum ditemukan pada ular phyton sebelum pergi ke dokter hewan adalah salah satu hal yang cukup penting, dengan kata lain, pengobatan dan deteksi dini satwa ini dapat mempengaruhi pada pengobatan berikutnya. Berdasarkan berbagai literatur dan buku tentang ular phyton serta berdasarkan informasi tambahan dari situs www.satwaunik.com, berikut ini adalah penyakit yang umum ditemukan pada ular phyton:
Vomiting / Muntah
Salah satu penyakit/gangguan yang sering dialami oleh phyton adalah Muntah. Jangan pegang phyton anda pada saat baru saja selesai makan. Itu mungkin terjadi juga jika hewan peliharaan anda dalam keadaan stress karena merasa kurang aman atau karena terinfeksi oleh parasit yang berasal dari dalam maupun luar tubuhnya, itu akan merangsang makanan untuk dimuntahkan keluar Untuk membantu menghindari terjadinya muntah, adalah penting untuk membiarkan phyton anda untuk istirahat setelah mereka makan. Bagaimana caranya anda untuk mengarahkan supaya mereka tidur? naikkan suhu kandang pada suhu tertentu, atau anda juga bisa tempat untuk berjemur. Phyton akan berbaring di bawah cahaya/lampu tersebut untuk membantu mencerna makannya dan akan membantu mengurangi untuk dimuntahkan kembali.
Constipation/Sembelit/Susah buang air
Jika phyton anda tidak buang air dalam waktu yang tidak seperti biasanya, ataupun sulit untuk buang air atau pun kotorannya sangat kering, dari semua tanda-tanda tersebut dapat dipastikan bahwa phyton anda lagi sembelit. Tingkat kelembaban dan suhu yang rendah adalah penyebab umum terjadinya sembelit. Anda bisa menghindarinya dengan menjaga kebersihan air minum di dalam kandang. Juga dengan menempatkan air hangat di dalam kandang dan arahkan supaya phyton anda berendam di dalam air tersebut.
Scale rot / Infeksi kulit (sisik)
Jika anda memperhatikan ada warna yang berbeda pada sisik phyton seperti: warna Pink, Merah atau Coklat, hal ini mungkin disebabkan oleh Scale rot/ pembusukan sisik. Penyakit ini bisa terjadi pada beberapa sisik, di tempat tertentu atau pun di banyak tempat. Terkadang penyebab dari infeksi sisik ini bisa dari infeksi dari dari dalam tubuh yang muncul keluar tubuh sebagai scale rot/sisik yang busuk. Tetapi bagaimana pun penyebabnya adalah kurang bersihnya tempat/kandang dari phyton tsb. Jika kandangnya tidak secara rutin dibersihkan dan dikasi disinfectan, phyton akan berbaring di atas air kencing dan kotorannya dalam waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan scale rot.
Berdasarkan informasi penyakit-penyakit tersebut diatas, ada baiknya jika anda menghubungi dokter hewan. Perlu diingat bahwa mengobati hewan sendiri dengan menggunakan antibiotic dan beberapa obat keras lainnya tanpa penyeliaan atau tanpa sepengatuan atau tanpa resep dokter hewan adalah melanggar undang-undang (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009). UU baru tentang kesehatan hewan telah dibuat oleh Negara ini. Memang UU ini masih relative baru, oleh sebab itu upaya sosialisasi perlu diupayakan dan dilakukan.
Inclusion Body Disease (IBD)
Apakah IBD itu?
IBD merupakan suatu hal yang telah lama ada dalam pemeliharaan boa dan python di captivity, akan tetapi keberadaannya sendiri baru disadari oleh publik baru-baru ini. IBD dipercaya sebagai penyakit yang disebabkan oleh retrovirus dan sepertinya hanya menyerang anggota dari keluarga “boid”, seperti python dan boa. Penyakit ini mempengaruhi dua grup ular tersebut dengan berbagai cara yang berbeda akan tetapi kondisi yang diakibatkan akan selalu fatal ketika ular mulai menampakkan gejala-gejala yang diakibatkan oleh penyakit ini.
Ular bisa saja tidak menampakkan gejala-gejala apapun tetapi tetap saja menjadi pembawa dari penyakit ini – Boa, sebagai contoh, sering menjadi sarang dari penyakit ini tanpa menampakkan gejala-gejala terkena penyakit. Maka bila seekor ular yang dikandangkan dengan ular lain yang telah terinfeksi tidak menunjukkan adanya gejala-gejala apapun, bukan berarti ular tersebut kebal terhadap penyakit ini – ia tetap dapat menjadi sumber infeksi pada ular-ular lainnya yang masih sehat.
Penyakit ini diyakini disebabkan oleh “inclusion bodies” (sejenis retrovirus) yang diidentifikasi terdapat dalam sel epithelial dari ginjal dan pancreas ular yang terjangkit. IBD juga dikaitkan dengan degenerasi neuronal dan luka pada saraf tulang belakang dan otak, yang nantinya akan menyebabkan denegerasi myelin dan kerusakan pada saraf. Dalam beberapa kasus, ular yang terjangkit oleh IBD juga ditemukan terinfeksi oleh kutu ular, Ophionyssus natricis, akan tetapi karena keberadaan dari parasit ini tidak selalu hadir pada semua kasus IBD yang terjadi, maka hubungan sebab akibat yang pasti antara parasit ini dan IBD tidak dapat dibuat.
Host
Penyakit IBD sendiri telah diidentifikasi pada ular-ular dari keluarga boid di bawah ini, antara lain berbagai subspecies boa constrictor (Boa constrictor), green anaconda (Eunectes murinus), Haitian boa (Epicrates striatus), Burmese python (Python molurus bivittatus), Indian python (P. m. molurus), reticulated python (P. reticulatus), ball python (P. regius), carpet python (Morelia spilota) dan diamond python (M. s. spilota). Sebagai tambahan, penyakit yang mirip dengan IBD didiagnosa pada seekor eastern king snake (Lampropeltis getulus) yang dikandangkan dengan boa constrictor dan pada palm vipers (Bothriechis marchi).
IBD biasanya ditemukan pada ular-ular juvenile hingga ular dewasa, akan tetapi tidak menutup kemungkinan ular yang baru lahir (neonate) dapat terinfeksi juga.
Distribusi
Menyebar di seluruh dunia pada ular-ular dari keluarga boid yang ada dalam pemeliharaan. Kebanyakan kasus IBD terjadi di U.S namun kasus-kasus IBD baru-baru ini ditemukan pada captive pythons di Australia, Canary Island, dan Italia. Transportasi ular dalam perdagangan hewan dan transportasi ular dari institusi-institusi kebun binatang yang berbeda dipercaya menjadi sebab tersebarnya penyakit ini di seluruh dunia.
Sampai saat ini tidak diketahui apakah inclusion body disease juga muncul pada boa dan python di alam liar, atau secara exclusive hanya terjadi pada ular di pemeliharaan (hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut).
Gejala
Python dan boa memperlihatkan gejala yang sedikit berbeda, dimana penyakit berkembang lebih lambat pada boa.
Tanda-tanda infeksi IBD di Boa antara lain kekacauan pada sistem saraf pusat seperti lumpuh, tidak dapat mengembalikan posisi badannya ke arah semula ketika posisi badannya terbalik, “star-gazing” (posisi kepala ular tegak ke arah atas menatap langit), ketidak mampuan untuk menyerang atau membelit mangsanya – atau bahkan hanya pada kelumpuhan saja. Gejala-gejala lain yang terjadi di Boa adalah penurunan berat badan secara ekstrim, menderita muntah kronis, serta infeksi pernafasan. Dysecdysis yang disebabkan oleh ketidak mampuan ular untuk mengontrol gerakan tubuhnya dalam melepas kulit lama-nya.
IBD berkembang secara lebih agresif pada ular python, selain gejala-gejala yang telah dijelaskan untuk boa di atas (terkecuali muntah kronis), python juga mengalami “mouth rot” (infectious stomatitis), disorientasi dan hilangnya kordinasi otot serta respon refleks yang terlalu tinggi atau terlalu besar.
Baik pada Python ataupun Boa, penyakit ini berkembang sangat cepat dan berakibat fatal pada ular-ular juvenile. Dimana kematian dengan cepat terjadi setelah dimulainya kelumpuhan ringan pada ular.
Daya tahan Virus di luar inangnya
Berdasarkan apa yang telah diketahui tentang virus pada saat ini, maka disinfektan berbasis alkohol (e.g. Sagrotan, Desderman, Microzid) akan melenyapkan virus. Sebagai retrovirus, IBD tidak akan bertahan di luar tubuh inangnya untuk jangka waktu yang lama.
Pencegahan
Sampai sekarang tidak ada pengobatan untuk penyakit ini, dan dikarenakan penyakit ini selalu berakibat fatal dan sangat menular, maka euthanasia pada ular yang positif terjangkit oleh IBD merupakan tindakan yang dianjurkan. Sekalipun ular dapat dijaga agar tetap hidup melalui tindakan-tindakan seperti force feeding dan hydration, kerusakan yang terjadi pada saraf, otak, saraf tulang belakang dan organ-organ dalam sangatlah besar – sehingga biarpun ular tetap hidup tetapi kualitas hidup ular itu sendiri akan semakin menurun yang juga disertai dengan meningkatnya rasa sakit pada ular.
Dikarenakan belum adanya pengobatan untuk penyakit ini dan penyebarannya yang seperti virus, maka tindakan yang dapat dilakukan untuk menimalisir resiko masuknya IBD ke ular peliharaan kita adalah dengan melakukan aksi-aksi pencegahan, antara lain:
* Hanya menempatkan satu ular dalam satu kandang.
* Penggunaan satu macam barang untuk tiap satu kandang (tempat minuman, hook, dan lain-lain).
* Hindari pemberian makanan yang telah ditolak oleh satu ular kepada ular lainnya.
* Pembasmian kutu.
* Melakukan tindakan euthanasia pada ular yang telah positif terjangkit oleh IBD.
* Melakukan disinfeksi kandang dan peralatan secara berkala.
* Mencuci tangan setelah dan di antara penghandlean satu ular sebelum menghandle ular lainnya.
* Kandang yang terbuat dari kayu polos (tidak dilapis melamine dan semacamnya) harus disingkirkan, apabila ular yang telah terkonfirmasi terjangkit IBD tinggal di dalamnya.
Karantina secara ketat untuk setiap ular jenis Python dan Boa yang baru kita dapat, paling tidak untuk jangka waktu 3-6 bulan.
Jika piaraan anda mengalami sakit, ada baiknya segera hubungi dokter hewan langganan anda, agar ular kesayangan anda segera mendapat perawatan medis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar